Minggu, 21 Oktober 2007

Rizki Yang Halal Pupuk Penyubur Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rohmah

Renungan Hari Kesembilan

RIZKI YANG HALAL PUPUK PENYUBUR
KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA ROHMAH
~ Ust. H. Ir. Anom Wiratnoyo, MM. bin Sutardjo ~

Allah SWT berfirman :
“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (QS 78:11)
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kalian di muka bumi dan Kami jadikan bagi kalian di muka bumi itu sumber penghidupan. Amat sedikitlah kalian bersyukur” (QS 7:10)
“Maka bertebaranlah kalian di muka bumi dan carilah karunia Allah” (QS 62:10)
“Dan kewajiban ayahlah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf” (QS 2:233)

Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa mencari dunia dengan halal, menjaga diri dari meminta-minta, berusaha untuk keluarganya dan belas kasih kepada tetangganya maka ia bertemu dengan Allah sedang wajahnya seperti bulan purnama”

Orang sekarang bilang, “Jangankan mencari yang halal mencari yang haram saja susah”. Sementara Allah SWT menyuruh makanlah dari yang halal, sebagaimana firman-Nya (QS 2:172), “Hai orang-orang yang beriman makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian”. Dan Rasulullah SAW bersabda, “Setiap daging yang tumbuh dari barang haram maka neraka itu lebih utama baginya”. Maka harus kita tancapkan sedalam-dalamnya dalam keyakinan kita bahwa pernyataan di atas adalah bisikan dan jebakan iblis la’natullah alaih. Karena Allah telah memerintahkan makanlah dari yang halal, tidak mungkin Allah mempersulit untuk mencari yang halal, dan mustahil yang halal itu tidak disediakan oleh Allah.
Tidak ada kata malas, lelah, istirahat sejenak atau bosan bagi iblis untuk menggoda manusia. Dia akan terus-menerus menggoda dengan berbagai cara. Dari depan, dari belakang, dari kanan atau kiri. Sebagaimana firman Allah SWT (QS 7:17), “Kemudian aku (iblis) akan mendatangi mereka (manusia) dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan dari mereka bersyukur”. Dari depan iblis akan datang dalam wujud dirinya sendiri. Jika gagal mereka akan datang dari belakang, dalam wujud godaan kemewahan dunia dan rizki di dalamnya. Jika gagal lagi mereka akan datang dari kanan, dalam wujud godaan manusia. Jika gagal juga mereka akan datang dari kiri, dalam wujud godaan nafsu.
Sudah kehendak Allah bahwa iblis menjadi panglima perang musuh manusia. Sifatnya yang sombong serta iri dan dengki kepada manusia mendorongnya untuk terus menghilangkan iman di dada manusia. Sebagian motivasi iblis menyesatkan manusia adalah janji Allah SWT bahwa manusia akan dijadikan bahan bakar neraka, sebagaimana firman-Nya (QS 66:6), “... api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. Setiap iblis dan keturunannya berhasil menggoda manusia, maka manusia itu akan menjadi bantalannya dalam bentuk bahan bakar api neraka. Setiap mendapat tambahan satu manusia, maka naiklah kedudukan iblis di neraka. Demikian seterusnya. Betapa bersemangatnya iblis untuk naik kedudukannya di neraka dengan menggoda manusia. Maka bagaimana mungkin manusia tidak bersemangat untuk meningkatkan derajatnya di surga dengan ibadah?
Masalah rizki adalah salah satu senjata ampuh iblis untuk menggoda manusia. Seorang yang miskin. Mengeluh setiap hari. Bahkan tidak sedetik pun dia bersyukur kepada Allah. Setiap ada orang yang bertanya padanya, siapa pun, dengan fasih keluar keluhan, “Yah, keadaan memang begini. Boro-boro mau ibadah. Untuk hidup sehari-hari saja susah”. Keluhan yang sering kali kita pun mengiyakan dan mentoleransinya.
Sementara seorang pegawai swasta yang berpenghasilan Rp 10.000.000,- sebulan. Setiap hari mengeluh, “Yah, bagaimana lagi. Saya harus mengejar target perusahaan. Saya harus sholat subuh di jalan dan sampai di rumah setelah waktu isya”. Sholat subuhnya sendiri saja di jalan. Begitu pula dzuhur, ashar, maghrib dan isyanya tak sekali pun berjama’ah. Bahkan tidak pernah ada yang diawal waktu. Dapat kita bayangkan bagaimana sibuk, lahir dan batinnya, pegawai eksekutif yang gajinya di atas Rp 10.000.000,- bahkan ratusan juta sebulan. Kapan mereka sholat berjama’ah, sholat sunnah, tadarus Al-Qur’an atau do’a dan wiridnya?
Dua kisah di atas adalah contoh godaan rizki yang ditiupkan oleh iblis. Sehingga mereka meninggalkan ibadah. Dan cukuplah haramnya pekerjaan itu jika meninggalkan ibadah karenanya. Kisah di atas menunjukkan pula bahwa meninggalkan ibadah itu bukan karena kecil atau besarnya pekerjaan dan penghasilan. Tetapi betul-betul kembali pada pribadi dan perilaku orangnya. Jika kita perhatikan dengan cermat sekeliling kita, ada orang miskin papa yang ibadah ada juga yang tidak. Ada orang kaya luar biasa yang rajin ibadah ada pula yang meninggalkannya. Sementara si miskin berangan-angan, “Aduh kalaulah aku kaya aku akan ibadah”. Dan yang kaya raya pun berangan-angan, “Nanti kalau aku senggang atau pensiun aku akan ibadah”.
Ada kisah seorang yang rajin ibadah dan sukses usahanya. Pekerjaanya dimulai dengan menyuplai alat tulis kantor ke pemerintah kota. Karena dipercaya berkembanglah usahanya bukan hanya menyuplai ATK saja tapi hampir seluruh kebutuhan pemerintah kota. Dalam satu pengajian dia mendengar penjelasan tentang masalah suap, bahwa yang menyuap dan yang disuap kedua-duanya di neraka. Rupanya pengusaha ini tidak dapat menghindar dari masalah suap dalam usahanya. Terjadilah pergolakan hebat di hatinya. Akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dari usahanya sama sekali.
Sementara itu di rumah, istrinya berjualan rujak dan gado-gado kecil-kecilan. Niatnya ingin menunjukkan kepada tiga anak perempuannya untuk hidup mandiri. Bapak pengusaha kita menganggur di rumah hampir setahun. Tiba-tiba terbersit di pikirannya, “Mengapa tidak aku kembangkan usaha istriku saja. Allah pasti menolong hambanya yang berikhtiar mencari usaha yang halal”. Maka dengan sisa tabungannya dirombaklah rumahnya untuk mengembangkan usaha istrinya. Singkat cerita sekarang usahanya sudah maju. Bukan hanya rujak dan gado-gado lagi, tetapi rumah makan yang cukup besar. Dia pun telah membeli tanah di sebelahnya. Sebagian untuk toko yang disewakan dan sebagian untuk usaha barber-shop.
Masih banyak lagi kisah nyata orang yang berikhtiar mencari usaha yang halal. Ternyata Allah SWT membukakan jalannya, menolong dan mengabulkannya. Allah SWT berfirman (QS 65:24-25), “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah pasti Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada terduga-duga”.
Pak Bakri telah bertekad bulat. Dia harus menjadi pemimpin keluarga menuju sakinah, mawaddah wa rohmah. Pertama dia akan fokus pada makna sakinah, yaitu ketenangan dan ketentraman. “Bagaimana mungkin kalau aku masih emosional dan suka bentak-bentak keluargaku akan tenang dan tentram”, pikirnya. “Jadi aku akan mengubah perilakuku yang emosional dan suka bentak-bentak menjadi tenang, sabar, menahan diri dan berkata manis di rumah dan di sekolah”, pikirnya lagi mantap.
“Masih ada lagi! Tadi adalah ketenangan dan ketentraman batin. Bagaimana dengan fisiknya?”, Pak Bakri terus merenung semakin dalam. Malam ini adalah sujudnya yang ke sembilan di bulan Romadlon. Sajadahnya tampak makin cerah. “Ah, aku akan mulai dari apa yang aku bisa. Aku berjanji pada diriku sendiri ‘aku tidak akan pernah mengeluhkan gajiku lagi kepada siapa pun selain kepada Allah SWT’”, senyum keridloan menghias bibir Pak Bakri. Tiba-tiba terlintas sepetak tanah miliknya di kampung. “Mengapa tidak aku jual dan dijadikan modal usaha. Dengan begitu istriku dan Hasanah akan punya kesibukan yang positif dan percaya diri”. Selama ini Pak Bakri tidak percaya diri untuk usaha. Malam ini ada kekuatan yang tiba-tiba muncul. Entah dari mana. Diingatnya hadits yang disampaikan Ustadz Sobar di pangajian, “Barang siapa mencari dunia dengan halal, menjaga diri dari meminta-minta, berusaha untuk keluarganya dan belas kasih kepada tetangganya maka ia bertemu dengan Allah sedang wajahnya seperti bulan purnama”.

MUTIARA HIKMAH :
1. Sesungguhnya kesulitan masalah rizki yang menghantui manusia adalah tiupan iblis untuk menyimpangkan aqidah manusia.
2. Rizki sudah ditetapkan oleh Allah SWT. (QS 13:26; 17:30; 28:82; 29:62; 30:37; 34:36,39; 39:52; 42:12)
3. Usaha tanpa taqwa atau taqwa tanpa usaha adalah miskin. Usaha dengan landasan taqwa itulah kaya sejati

Tidak ada komentar: