Rabu, 24 Oktober 2007

LANGKAH-LANGKAH MENUJU MAGHFIROH ALLAH SWT

Renungan Hari Ke-12

LANGKAH-LANGKAH MENUJU MAGHFIROH ALLAH SWT

Allah SWT berfirman yang artinya :
“Katakanlah : ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rohmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS 39:53)
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal”. (QS 3:135-136)

Rasulullah SAW bersabda :
“Ikutilah perbuatan kejahatan dengan perbuatan kebaikan maka perbuatan baik ini akan menghapus dosa kejahatan. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlaq yang baik”

Di pengajian sebelum tarawih malam ke-12 Ustadz Sobar bercerita, “Ada seorang Bapak mengajak anak perempuannya, yang berumur 6 tahun, ziarah ke makam neneknya. Saat itu menjelang Romadhon. Setelah membersihkan sekitar makam si Bapak mengajak anaknya berdo’a. Tiba-tiba anaknya bertanya, ‘Bapak, Bapak. Nenek waktu meninggal umurnya 37 tahun ya?’. ‘Iya, kok Ade tahu?’ kata si Bapak. ‘Itu di nisan ada tulisan lahir tahun 1930 – meninggal tahun 1967’, jawab anaknya sambil jarinya mengusap nisan nenek. ‘Alhamdulillah, anak pinter. Yo, kita berdo’a untuk nenek’, kata si Bapak lagi. ‘Bapak, Bapak. Nenek di dalam kuburan sudah 40 tahun ya?’, tanya anaknya lagi. ‘Ade tahu dari mana?’, tanya si Bapak penasaran. ‘Kan sekarang tahun 2007, dan nenek meninggal tahun 1967’, jawab anaknya. Bapaknya tidak bisa menahan kagumnya, ‘Aduh, anak pinter. Sekarang kita berdo’a, yok’.
Maka berdo’alah si Bapak memohon agar dosa-dosa nenek diampuni oleh Allah dan amalnya diterima. Anaknya mengamini sambil menengadahkan tangannya yang mungil. Tiba-tiba anaknya berkata, ‘Kalau nenek berdosa berarti 40 tahun nenek disiksa di dalam kubur’. Sambil terkejut si Bapak langsung memotong, ‘De, nenek orang yang solehah. Insya Allah, mendapat kebahagiaan di alam kubur’. Anaknya langsung diam dan kembali berkata, ‘Amin ... Amin ... Amin”
Pak Bakri menyimak dengan baik pesan yang disampaikan oleh Ustadz Sobar. Dia langsung menerawang. Umurnya sekarang 48 tahun. Kalau dia meninggal 70 tahun, berarti sisa umurnya tinggal 22 tahun. Itulah waktunya di dunia. Lalu dia akan mati. Berapa lama dia di alam kubur? Kalau kiamat 100 tahun lagi, maka di dalam kuburnya 100 tahun. Bagaimana kalau 500 tahun lagi kiamatnya? Dia akan di dalam kubur selama 500. Kalau 1000 tahun lagi? Kalau 2000 tahun lagi? “Ya Allah, belum di akhirat, masih di dalam kubur yang wujudnya bisa aku lihat di dunia ini, aku sudah tidak bisa menghitung berapa lama aku akan tinggal di dalamnya. Sedang hidup di dunia ini aku masih bisa menghitung umurku. Dan bagaimana pula nasibku di dalam kubur nanti?”, Pak Bakri merenung dan menundukkan wajahnya. Air mata menetes di pipinya.
Manusia sering tidak sadar. Merasa bahwa dia akan hidup di dunia selamanya. Padahal dia faham betul sangat sedikit di dunia ini orang yang berumur lebih dari 80 tahun. Itu pun sudah sangat repot. Sedikit lebih banyak yang berumur antara 70 – 80 tahun. Kebanyakan antara 60 – 70 tahun. Berapa lama lagi sisa umur kita? Kalaulah sisa umur kita masih 60 tahun lagi. Setelah itu? Kita akan masuk lubang kubur. Selesaikah urusannya? Tidak! Kita akan dihidupkan lagi. Merasakan rasa derita jika disiksa. Dan merasakan rasa bahagia jika diberi pahala. Akankah kita mengatakan, “Ah, itu mah urusan nanti saja di dalam kubur. Yang penting kan sekarang”. Tidak ada yang dapat melarang kita untuk mengatakannya. Tetapi siapkah kita menghadapi segala konsekuensinya di dalam kubur? Konsekuensi yang kita dipaksa dan harus merasakannya. Sebagaimana kita juga dipaksa dan harus masuk ke dalam kubur. Seberapa kuatnya pun kita berusaha untuk tidak masuk ke dalamnya.
Sungguh, orang yang memahami keadaan di dalam kubur dan mempersiapkan diri untuk tinggal di dalamnya adalah orang yang mendapat rohmat Allah SWT. Sebaliknya orang yang meremehkan keadaan di dalam kubur, dan karenanya meremehkan pula persiapan untuk menghadapinya adalah orang yang tertutup hatinya dari rohmat Allah SWT. Apa yang menutup hatinya itu? Apa yang menghalangi cahaya rohmat Allah sampai ke dalam hatinya? Tidak lain adalah kabut dosa yang menggumpal dan membentuk dinding penyekat di dalam hatinya. Sungguh beruntung orang yang dapat membersihkan kabut penyekat itu dari dalam hatinya. Sungguh merugi orang yang membiarkannya menjadi semakin pekat. Allah SWT berfirman (QS 91:9-10) yang artinya, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
Mari kita cermati dan perhatikan gerak-gerik hati kita. Jika, saat ini, kita sudah merasa bahwa semua perbuatan kita akan berakibat di alam kubur. Maka itu adalah satu langkah awal yang bagus untuk bertaubat mensucikan jiwa dari kabut penyekat sepekat apa pun. Langkah kedua, kita memohon pertolongan Allah SWT agar mengetahui perbuatan mana yang telah mendatangkan kabut tebal itu di hati kita. Ketika kita berpaling kepada Allah, mohon pertolongan-Nya, sebenarnya kita sedang menghadapkan hati kita ke arah sumber cahaya rohmat-Nya. Buahnya, Allah SWT akan menolong kita untuk mengetahui dan menyadari semua perbuatan yang lalu, yang menyebabkan kabut penyekat muncul di dalam hati kita bahkan mempertebalnya.
Langkah ketiga, bayangkan dan nyatakan dengan tegas kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita itu. Mulai dari yang paling dulu sampai yang terakhir. Mulailah dari yang paling besar akhiri dengan yang paling kecil. Mulailah dengan dosa kita kepada Allah, seperti kesalahan dalam masalah tauhid, lalai dalam sholat, puasa, zakat dan sebagainya. Lalu dosa dzolim pada diri sendiri seperti minum minuman keras, berjudi, tidak lancar tadarus Al-Qur’an dan sebagainya. Dan dosa kepada orang lain. Kepada Ibu, kepada Bapak, kepada saudara kandung, kepada kerabat, kepada tetangga, kepada teman kantor dan seterusnya. Satu persatu bayangkan dan nyatakanlah dengan tegas di malam hari yang tiada seorang pun yang tahu kecuali diri kita dan Allah SWT. Mohonlah ampunan Allah, karena tiada lagi yang memberikan ampunan melainkan Allah SWT.
Langkah keempat. Malam ini juga, saat ini juga, bertekadlah, “Ya Allah, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku tidak akan mengulanginya lagi”. Kita bertekad, kita berazam, tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu sama sekali. Kita tobat. Kita minta ampun. Kita yang lemah ini tidak akan tahan menerima siksa kubur. Siksa Allah terlalu berat buat kita. Kita terlalu lemah untuk menanggung siksa Allah SWT. Kita tidak akan mengulanginya. Kita tidak akan kembali atau melihat tempat itu lagi. Kita tidak mau bergaul dengan orang yang menyebabkan kita melakukannya. Kita membenci semua hal yang dapat mendorong perbuatan itu lagi. Tobat ya Allah. Ampun ya Allah.
Dengan langkah keempat ini, insya Allah, dosa kita kepada Allah dan dosa dzolim atas diri sendiri diampuni, dihapuskan dan dihilangkan sama sekali bekas-bekasnya dalam diri kita. Amin. Yang tersisa adalah dosa kita kepada orang lain, terutama kepada Ibu dan Ayah kita. Dosa yang bisa diampuni hanya jika kita meminta maafnya, meminta ridhonya dan meminta keikhlasannya. Dengan jawaban pernyataan yang tegas bahwa beliau telah memaafkan, telah ridho dan telah ikhlas kepada kita. Jika tidak bisa, maka lakukanlah perbuatan kebaikan yang lebih besar atau sama besarnya dengan dosa yang kita perbuat. Banyak-banyaklah sedekah. Perbanyaklah ibadah sunnah. Seringlah menolong dan meringankan beban orang lain. Bekerjalah dengan sempurna. Kita niatkan pahala ganjarannya untuk Ibu, untuk Ayah, dan untuk siapa pun yang kita ambil haknya atau kita sakiti hatinya. Mudah-mudahan Allah SWT berkenan menerimanya. Amin Ya Allah Ya Robbal ‘Alamin.

MUTIARA HIKMAH :
1. Semua perbuatan kita akan berakibat di alam kubur dan di akhirat adalah haq (benar, nyata)
2. Menerima derita di dunia kita sudah tidak tahan. Derita siksa di alam kubur dan di akhirat amat sangat beratnya. Diri kita yang lemah tidak akan mampu menanggungnya
3. Segeralah bertaubat memohon maghfiroh Allah dan memohon rohmat-Nya
4. Segeralah melakukan langkah-langkah : a. Sadarilah perbuatan dosa kita berakibat buruk di dunia, di alam kubur dan di akhirat; b. Menyadari dan menyesali semua kesalahan dan perbuatan dosa kita; c. Menyatakan seluruh kesalahan dan dosa itu di hadapan Allah SWT dan memohon ampunan-Nya; d. Bertekadlah untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu sampai mati; e. Meminta maaf dan ridho jika dosa kita menyangkut dengan orang lain, jika tidak bisa lakukan perbuatan baik sebanyak-banyaknya pahalanya untuk orang tersebut.

Tidak ada komentar: