Minggu, 21 Oktober 2007

Puasa Romadlon Jalan Bebas Hambatan Menuju Taqwa

Renungan Hari Kedua

PUASA ROMADLON JALAN BEBAS HAMBATAN MENUJU TAQWA

~ Ust. H. Ir. Anom Wiratnoyo, MM. bin Sutardjo ~

Allah SWT berfirman (QS 2:178):

Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (yaitu) dalam beberapa hari tertentu

Allah SWT berfirman (QS 3:102) :

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam

Allah SWT berfirman (QS 64:16) :

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah, dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung

Setelah kita mengetahui bahwa rohmat Allah SWT sangatlah luasnya, sebagaimana firman-Nya “Dan Rohmat-Ku meliputi segala sesuatu” mengapa kita tidak segera bergerak, bertindak dan terus berusaha meraih gelar taqwa di sisi Allah SWT. Taqwa adalah derajat yang paling tinggi dan paling mulia di sisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya (QS 49:13):

Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kalian

Al-Imam Al-Ghazali menyatakan dalam Kitab Minhajul Abidin bahwa berkumpul seluruh kebaikan dunia dan akhirat dalam taqwa. Maksudnya dengan taqwa manusia bisa mencapai kesuksesan dunia maupun akhirat. Dua belas diantaranya disebutkan oleh Al-Imam sebagai berikut : 1. Dipuji oleh Allah (3:186); 2. Dipelihara oleh Allah dari musuh-musuh (3:120); 3. Dibela dan diberi kemenangan (16:128); 4. Dibebaskan dari kesusahan dan diberi rizki yang halal (65:2-3); 5. Dimaslahatkan amalnya (33:70-71); 6. Diampuni dosa-dosanya (33:71); 7. Dicintai oleh Allah (9:4); 8. Diterima amalnya (5:27); 9. Dimuliakan (49:13); 10. Diberi kabar gembira di dunia dan akhirat (10:63-64); 11. Diselamatkan dari siksa neraka (19:72); 12. Kekal di surga (3:133); dan masih banyak lagi.

Kita selalu berdo’a memohon taufiq dan senantiasa terikat kepada Allah, sehingga kita dapat beramal sesuai keridloan Allah. Taqwa adalah jalan dikabulkannya do’a itu, sebagaimana firman Allah :

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa (QS 2:194)

Setelah mendapat taufiq kita ingin dapat beramal ibadah dengan baik, kalau salah mohon kiranya diampuni. Taqwa pulalah jalannya, sebagaimana firman Allah (QS 33:70-71)

Hai orang-orang yang beriman bertqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.

Setelah beramal kita pun ingin agar amal kita diterima oleh Allah SWT. Jika kita bertaqwa pastilah Allah menerima amal-amal kita, sebagaimana firman-Nya (QS 5:27) :

Sesungguhnya Allah hanya menerima amal orang-orang yang bertaqwa

Taqwa sebagaimana jalan ibadah yang lain adalah berkenaan dengan kemauan bukan kemampuan. Tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang tidak mampu bertaqwa. Karena taqwa berarti melakukan sesuatu, yaitu perintah Allah SWT, dan tidak melakukan sesuatu yang lain, yaitu larangan-Nya. Dari segi kemampuan fisik, tidak seorang pun di dunia yang tidak mampu melaksanakan perintah Allah. Perintah utama yang menyangkut tindakan fisik adalah melaksanakan rukun Islam, yaitu : Syahadat, Sholat, Zakat, Shaum dan Haji. Orang kafir bukan tidak mampu membaca syahadat, tetapi mereka tidak mau. Hatinya tidak menerima Wujud, Sifat dan Tindakan Allah sebagaimana yang diterangkan sendiri oleh Allah. Mereka menafsirkan sendiri sesuai dengan keinginan nafsu. Orang kafir juga tidak rela Nabi Muhammad sebagai Rasulullah. Karena tidak menerima mereka tidak mau membaca syahadat, bukan tidak mampu.

Begitu pula sholat, zakat, shaum dan haji. Jika ada orang yang tidak melaksanakannya, baik kafir atau mukmin, bukan tidak sanggup tapi tidak mau. Jika orang tidak sholat, berarti dia memilih tidak sholat. Bukan terpaksa tidak sholat karena tidak mampu. Kalau ada orang yang sholat dzuhur jam 14.00, itu pun karena dia memilih sholat jam 14.00, bukan karena terpaksa. Demikian pula soal zakat, shaum dan haji. Termasuk masalah menutup aurat, makan berdiri, dan sebagainya. Jika ada yang tidak memakai krudung atau makan berdiri, itu karena mereka memilih perilaku itu. Bukan karena tidak mampu memakai krudung atau tidak mampu makan sambil duduk.

Pak Guru Bakri, pada kisah kita yang kemarin, ketika menerima amplop gajinya dia menggerutu. Itu adalah pilihan hatinya. Jika kita tanya sanggupkah Pak Bakri tidak menggerutu. Jawabannya pasti! “Sanggup!”. Mengapa dia menggerutu? Karena dia memilih untuk menggerutu dan mengerjakannya. Sementara Pak Umar mencium amplopnya dan bersyukur. Apakah Pak Umar struktur mulutnya berbeda dengan Pak Bakri sehingga dia tidak bisa menggerutu. Bisa! Pak Umar bisa menggerutu, tetapi dia memilih untuk mencium, bersyukur dan berucap, “Alhamdulillah”.

Mari kita renungkan. Pak Bakri dan Pak Umar dihadapkan pada potensi diri yang sama, sama-sama guru. Situasi yang sama, situasi gajian. Dan obyek yang sama, amplop berisi gaji 1 juta rupiah per bulan. Tetapi karena pilihan tindakan yang berbeda, memberi akibat yang berbeda. Di dunia, Pak Bakri dibiarkan oleh Allah untuk mengatur sendiri gajinya itu. Hatinya menjadi sempit. Pikirannya pun buntu. Hanya berpikir kurang dan kurang, tidak bisa dan tidak bisa. Ternyata betul dia tidak sanggup, dan terus saja merasa kekurangan dan terus mengeluh. Di akhirat, dia akan dihisab. Ditanya oleh Allah SWT, mengapa dia tidak bersyukur sedangkan rizkinya tidak pernah diputus.

Adapun Pak Umar, dengan bersyukur hatinya menjadi luas. Rasa optimis dan pikiran positifnya kuat. Pikirannya hanya berkata, “Gajiku ini insya Allah cukup!”. Maka pikirannya pun terbuka luas. Dia mengerti apa yang dibutuhkan dan apa yang tidak. Gaji 1 juta pun dapat diaturnya dengan baik. Istrinya puas dengan apa yang dibeli dan apa yang tidak dibeli. Anak-anaknya sekolah, belajar, berprestasi dan terpenuhi gizinya dengan baik. Semua orang pun memuji Pak Umar. Pujian itu dikembalikannya kepada Allah, dan Allah membalasnya dengan keyakinan yang kuat dan jalan yang lurus. Sementara Pak Bakri yang sering mengeluh dan menggerutu di depan setiap orang, menuai cemoohan dan pikiran negatif dari orang. Pikiran negatif ini tampaknya menjadi do’a bagi Pak Bakri. Sehingga makin sempitlah hatinya dan semakin buntu jalan hidupnya. Wallahu a’lam.

Allah SWT telah menjanjikan derajat taqwa bagi orang beriman yang berpuasa di bulan Romadlon. Bisa berarti bahwa di bulan Romadlon ini orang beriman lebih mudah cenderung kepada menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Itu semua adalah kemurahan Allah SWT.

Hari kedua berpuasa tiba-tiba Pak Bakri merenung. Betapa umurnya telah 48 tahun, dia belum pernah tidak makan sehari pun. Bahkan jarang sakit. Demikian pula istrinya yang telah mendampinginya 21 tahun. Sehat dan ceria. Anaknya yang tidak jadi sarjana, ternyata rajin sholatnya dan tidak merepotkan. Renungan ini terus melekat di pikirannya. Malam harinya Allah berkehendak menggoreskan renungan itu di relung bashirohnya. Meledaklah tangis dalam sujud Pak Bakri malam itu. Disadari kesalahannya. Terbayang jelas wajah teman-temannya yang mencibir dan kaku setiap dia mengeluh dan menggerutu. Rasa malu seolah memperbesar saluran di ujung matanya. Air mata mengalir deras membasahi sajadah yang sedari tadi lembab seolah ikut bersedih. Pak Bakri bertobat. Dan malam itu Arsy berguncang. Langit bergemuruh oleh tasbih Malaikat yang terkagum-kagum. Angin malam yang lembut dan sejuk masuk, perlahan seolah takut mengganggu khusyu’ Pak Bakri. Allah telah menerima tobat Pak Bakri.

Demikianlah Bulan Romadlon telah mengantarkan berjuta-juta umat Islam di dunia bertobat dan kembali kepada Allah. Berjuta-juta pula orang kafir menerima taufiq. Mengalir hidayah memenuhi seluruh sel dan jaringan tubuhnya. Sel-sel yang bergetar mendengar suara ALLAH disebut. Sel-sel yang merunduk ketika mulut berdzikir. Sel-sel yang bercahaya ketika bersujud. Sel-sel yang berguncang ketika dibawa ma’siat. Sel-sel yang tidak ridlo dipaksa berlaku dzolim. Sel-sel yang akan menjadi saksi di hadapan Hakim Yang Maha Adil.

MUTIARA HIKMAH :

1. Taqwa adalah puncak Romadlon dengan berbagai ni’mat dunia dan akhirat di dalamnya

2. Kemauan lah yang menjadi kunci taqwa, bukan kemampuan

Allah sendiri yang menolong hamba yang berjuang menuju taqwa di Bulan Romadlon

1 komentar:

drajad23 mengatakan...

Semoga Allah melapangkan diriku agar dapat menjalankan perintah Nya.Amin