Minggu, 11 Maret 2012

Dari Komunikasi Lisan ke Tulisan

Hidup manusia tidak terlepas dari komunikasi. Komunikasi lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan langsung dan lebih hidup. Komunikasi tulisan berjangka panjang, dan mempunyai makna yang terdokumentasi. Isi tulisan memberi kesempatan pemaknaan yang ditunda, berkembang dan mengikuti masanya. Terkadang makna komunikasi memerlukan masa yang tepat. Makna sebenarnya muncul tatkala masanya membutuhkan. Bagaikan foto klasik yang memberikan kenangan yang mendalam, di saat peristiwa menyentuh kerinduan.

Mulailah komunikasi tulisan dengan menghimpun komunikasi lisan yang terserak di rumah, kantor, rapat, seminar dan sebagainya. Tanpa menulisnya banyak gagasan brilian yang terlewat dan lenyap ditelan waktu dan canda. Andai pun tak ada ide cemerlang, memotret kata dan peristiwa serta mengungkapnya dalam bahasa tulisan sungguh merupakan kenikmatan. Ulama salafus-soleh (ulama soleh jaman dahulu) merasakan kenikmatan ini, yaitu ni’mat menulis apa yang mereka ucapkan, lihat, dengar dan rasakan.

Bagi diri-sendiri komunikasi tulisan mendorong tumbuhnya kepercayaan. Pertama, karena ia dapat membaca tulisannya berulang-ulang dan menyadari keberadaan dirinya. Kedua, ia dapat mempelajari tulisannya dan memperbaiki kekurangan dan kesalahannya untuk menjadi manusia baru yang lebih baik. Ketiga, ia bisa melihat konsistensi satu tulisan ke tulisan berikutnya, lalu membangun keyakinan dan kepercayaan diri. Kebenaran akan tumbuh karena konsistensi yang kuat dalam tulisan.

Bagi orang lain komunikasi tulisan adalah media belajar yang luar biasa. Pertama, karena mereka dapat membaca dan memaknai tulisan kita kapan pun. Kedua, mereka dapat memaknai tulisan dengan cara apapun tanpa takut si penulis tersinggung. Ketiga, mereka bebas membandingkan tulisan kita dengan tulisan lain untuk mencapai pemaknaan terbaik.

Komunikasi tulisan pun mendorong tumbuhnya kekuatan struktur organisasi. Visi, misi, konsep, strategik, taktik, teknik, praktik dan prosedur yang tercatat dengan baik adalah pondasi dan komponen struktur organisasi yang utama. Membaca, mempelajari dan menerapkan berbagai tulisan ini bagaikan memungut batu, semen dan pasir merekatkannya menjadi bangunan organisasi yang kokoh, termasuk organisasi sekolah.

Mari wujudkan kita adalah manusia penulis bukan hanya penutur. Sehingga ketika mengamalkan Surat al-Alaq ayat 1-5 kita tidak hanya menjadi subyek pembaca tetapi juga subyek yang dibaca.

Tidak ada komentar: