Minggu, 01 Februari 2009

CARILAH RIZKI YANG HALAL

CARILAH RIZKI YANG HALAL
~ Ust. H. Ir. Anom Wiratnoyo, MM. bin Sutardjo ~
Kritik dan saran : 0817100099; anomwiratnoyo@yahoo.com; anomwiratnoyo.blogspot.com

Orang sekarang bilang, “Jangankan mencari yang halal mencari yang haram saja susah”. Sementara Allah SWT menyuruh makanlah dari yang halal, sebagaimana firman-Nya (QS 2:172), “Hai orang-orang yang beriman makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian”. Dan Rasulullah SAW bersabda, “Setiap daging yang tumbuh dari barang haram maka neraka itu lebih utama baginya”. Maka harus kita tancapkan sedalam-dalamnya dalam keyakinan kita bahwa pernyataan di atas adalah bisikan dan jebakan iblis la’natullah alaih. Karena Allah telah memerintahkan makanlah dari yang halal, tidak mungkin Allah mempersulit untuk mencari yang halal, dan mustahil yang halal itu tidak disediakan oleh Allah.
Tidak ada kata malas, lelah, istirahat sejenak atau bosan bagi iblis untuk menggoda manusia. Dia akan terus-menerus menggoda dengan berbagai cara. Dari depan, dari belakang, dari kanan atau kiri. Sebagaimana firman Allah SWT (QS 7:17), “Kemudian aku (iblis) akan mendatangi mereka (manusia) dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan dari mereka bersyukur”. Dari depan iblis akan datang dalam wujud dirinya sendiri. Jika gagal mereka akan datang dari belakang, dalam wujud godaan kemewahan dunia dan rizki di dalamnya. Jika gagal lagi mereka akan datang dari kanan, dalam wujud godaan manusia. Jika gagal juga mereka akan datang dari kiri, dalam wujud godaan nafsu.
Rizki adalah salah satu senjata ampuh iblis untuk menggoda manusia. Seorang yang miskin. Mengeluh setiap hari. Bahkan tidak sedetik pun dia bersyukur kepada Allah. Setiap ada orang yang bertanya padanya, siapa pun, dengan fasih keluar keluhan, “Yah, keadaan memang begini. Boro-boro mau ibadah. Untuk hidup sehari-hari saja susah”. Keluhan yang sering kali kita pun mengiyakan dan mentoleransinya.
Sementara seorang pegawai perusahaan swasta yang berpenghasilan Rp.10.000.000,- sebulan. Setiap hari mengeluh, “Yah, bagaimana lagi. Saya harus mengejar target perusahaan. Saya harus sholat subuh di jalan dan sampai di rumah setelah waktu isya”. Sholat subuhnya sendiri saja di jalan. Begitu pula dzuhur, ashar, maghrib dan isyanya tak sekali pun berjama’ah. Bahkan tidak pernah ada yang diawal waktu. Dapat kita bayangkan bagaimana sibuk, lahir dan batinnya, pegawai eksekutif yang gajinya di atas Rp 10.000.000,- bahkan ratusan juta sebulan. Kapan mereka sholat berjama’ah, sholat sunnah, tadarus Al-Qur’an atau do’a dan wiridnya?
Dua kisah di atas adalah contoh godaan rizki yang ditiupkan oleh iblis. Sehingga mereka meninggalkan ibadah. Dan cukuplah haramnya pekerjaan itu jika meninggalkan ibadah karenanya. Kisah di atas menunjukkan pula bahwa meninggalkan ibadah itu bukan karena kecil atau besarnya pekerjaan dan penghasilan. Tetapi betul-betul kembali pada pribadi dan perilaku orangnya. Jika kita perhatikan dengan cermat sekeliling kita, ada orang miskin papa yang ibadah ada juga yang tidak. Ada orang kaya luar biasa yang rajin ibadah ada pula yang meninggalkannya. Sementara si miskin berangan-angan, “Aduh kalaulah aku kaya aku akan ibadah”. Dan yang kaya raya pun berangan-angan, “Nanti kalau aku senggang atau pensiun aku akan ibadah”.
Ada kisah seorang yang rajin ibadah dan sukses usahanya. Pekerjaanya dimulai dengan menyuplai alat tulis kantor ke pemerintah kota. Karena dipercaya berkembanglah usahanya bukan hanya menyuplai ATK saja tapi hampir seluruh kebutuhan pemerintah kota. Dalam satu pengajian dia mendengar penjelasan tentang masalah suap, bahwa yang menyuap dan yang disuap kedua-duanya di neraka. Rupanya pengusaha ini tidak dapat menghindar dari masalah suap dalam usahanya. Terjadilah pergolakan hebat di hatinya. Akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dari usahanya sama sekali.
Sementara itu di rumah, istrinya berjualan rujak dan gado-gado kecil-kecilan. Niatnya ingin menunjukkan kepada tiga anak perempuannya untuk hidup mandiri. Bapak pengusaha kita menganggur di rumah hampir setahun. Tiba-tiba terbersit di pikirannya, “Mengapa tidak aku kembangkan usaha istriku saja. Allah pasti menolong hambanya yang berikhtiar mencari usaha yang halal”. Maka dengan sisa tabungannya dirombaklah rumahnya untuk mengembangkan usaha istrinya. Singkat cerita sekarang usahanya sudah maju. Bukan hanya rujak dan gado-gado lagi, tetapi rumah makan yang cukup besar. Dia pun telah membeli tanah di sebelahnya. Sebagian untuk toko yang disewakan dan sebagian untuk usaha barber-shop.
Masih banyak lagi kisah nyata orang yang berikhtiar mencari usaha yang halal. Ternyata Allah SWT membukakan jalannya, menolong dan mengabulkannya. Allah SWT berfirman (QS 65:24-25), “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah pasti Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada terduga-duga”.

1 komentar:

mastoeloez mengatakan...

halalan Thoyyibah..... seharusnya bukan hanya jadi istilah / semboyan saja.....
Dengan rizki yang halal.... nafkah halal.... tentunya akan mendatangkan kedamaian... sehingga pintu rohmat pun terbuka..... Maju Terus ustadz....